Senin, 28 Februari 2011

pilih - pilih jenis kelamin anak

Banyak pasangan menginginkan buah hati-nya lahir dengan jenis kelamin tertentu. Apalagi bila suatu pasangan sudah diberi momongan sebelumnya, berharap kelahiran jenis kelamin anak keduanya dapat sesuai dengan keinginannya. Alasannya klasik, agar lengkap.

Sayangnya, prosedur bayi tabung yang memungkinkan untuk itu tak bisa dilakukan dalam upaya mendapatkan anak dengan jenis kelamin tertentu. Selain mahal, etika kedokteran memang tak mengijinkan melakukan bayi tabung di luar alasan membantu upaya memiliki anak.

Namun, tak perlu berkecil hati. Masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan. Mulai dari sistem kalender sampai memanfaatkan cuka atau soda kue sebagai pembasuh vagina, dapat dilakukan untuk mengupayakannya.

Cuka dan Soda Kue

Mengupayakan memiliki momongan laki-laki ataupun perempuan konon bisa dengan menggunakan cuka atau soda kue sebagai pembasuh vagina. Menurut Ryan, hal ini dapat saja dilakukan karena sperma XY (pembawa gen laki-laki) dan XX (pembawa gen perempuan) memiliki reaksi tertentu terhadap keasaman dan suasana basa dalam vagina.

Secara ilmiah, sperma XX memang memiliki sifat yang lebih tahan terhadap keasaman dibanding sperma XY. Oleh karena itu, jika vagina dalam suasana asam, sperma XY bisa terseleksi lebih dulu sebelum mencapai sel telur dalam rahim.

Nah, untuk mendapatkan suasana asam pada vagina, dapat dengan cara membasuhkan campuran air dengan sedikit cuka pada vagina sebelum melakukan hubungan intim dengan pasangan. Dengan demikian akan memperbesar peluang dapatkan anak perempuan.

Sedangkan untuk mengupayakan jenis kelamin anak laki-laki, bisa diupayakan dengan membasuhkan campuran air dan soda kue pada vagina sebelum berhubungan intim. Soda kue bisa menciptakan suasana basa pada vagina. Dengan menggunakan soda kue sebagai pembasuh vagina, sperma XY yang lebih tahan akan basa dapat membuahi sel telur dalam rahim.

Setengah Masuk atau Dalam

Mengupayakan anak perempuan dan laki-laki bisa juga ditentukan dari seberapa dalam masuknya penis ke vagina. Menurut Ryan, hal ini berkaitan dengan karakter sperma XY yang sifatnya seperti “pelari cepat” dan sperma XX yang bersifat seperti “pelari maraton”.

Sperma XY yang berkarakter seperti pelari cepat umumnya memiliki stamina tak sekuat XX, tetapi bergerak lebih cepat untuk mencapai sasaran. Jika saat behubungan intim penis suami masuk lebih dalam, maka dapat memperbesar peluang didapatkan anak laki-laki.

Sedangkan sperma XX yang bergerak lebih lambat, memiliki stamina lebih kuat daripada sperma XY. Sperma XX pun mampu bertahan lebih lama unuk mencapai sel telur dan melakukan pembuahan.

Jika menginginkan anak berjenis kelamin perempuan, masuknya penis setengah dalam dapat memperbesar peluang untuk mendapatkannya. Logikanya, ketika sperma disemprotkan dengan perjalanan yang lebih jauh, makasperma XY (si pelari cepat) akan lebih dulu gugur dan menyisakan sperma XX untuk mencapai sel telur dalam kondisi selamat.

Masa Subur

Memperhatikan masa subur dalam mengupayakan kehamilan juga dapat berpengaruh pada probabilitas jenis kelamin anak. Sel telur matang dapat bertahan selama 12 jam setelah dilepaskan dari ovarium. Atau, hal ini umum disebut sebagai masa ovulasi.

Sedangkan sperma dapat bertahan sampai sekitar 3 hari di dalam tubuh wanita.

Namun sekali lagi, dikaitkan dengan karakter dan ketahanan sperma XY dan XX, tentu tak seluruh sperma mampu bertahan selama kurun waktu itu di dalam rahim. Sperma XY yang memiliki sifat lebih cepat musnah akan tersortir lebih dulu dibanding sperma XX.

Oleh karena itu, berhubungan intim 1-2 hari sebelum masa ovulasi akan memperbesar kemungkinan mendapatkan anak perempuan. Dan berhubungan intim dalam masa 12 jam setelah sel telur matang dilepaskan, akan memperbesar kemungkinan mendapatkan anak laki-laki.

Daging dan Sayur

Mengupayakan jenis kelamin anak juga dapat dikaitkan dengan konsumsi jenis makanan tertentu. Misalnya jika ingin anak perempuan, istri harus lebih banyak makan daging dan suami lebih banyak makan sayuran.

Jika ingin anak laki-laki, sang istri harus lebih banyak makan sayuran sementara suami lebih banyak makan daging. Menurut Ryan, alasam konsumsi makan tertentu ini tak ubahnya dengan membasuh vagina dengan cuka maupun soda kue. Intinya, sama-sama mengupayakan suasana asam ataupun netral pada vagina, sehingga didapat jumlah sperma XX dan XY yang lebih dominan.

Mengkonsumsi lebih banyak sumber nabati seperti sayuran di bandingkan sumber protein hewani, dipercaya dapat mempengaruhi suasana vagina menjadi lebih netral. Sehinggam bila dikombinasi dengan suami yang mengkonsumsi daging dapat meningkatkan produksi sperma, dan memperbesar kemungkinan didapat anak laki-laki.

Sedangkan jika istri mengkonsumsi lebih banyak daging, kemudian akan meningkatkan suasana asam pada vagina. Dikombinasi dengan suami yang lebih banyak mengkonsumsi sayuran – yang dapat membuat produksi sperma tak setinggi bila mengkonsumsi banyak protein hewani – dapat meningkatkan kemungkinan didapatkan anak perempuan.

Sistem Kalender

Selain cara-cara yang dipaparkan sebelumnya, Anthony juga mnegemukakan metode mendapatkan anak laki-laki maupun perempuan berdasarkan bulan-bulan tertentu. Metode ini didapatnya ketika belajar akupunktur di negeri Cina,

Setelah Anthony berhasil mengkonversi penanggalan Cina ke dalam kalender umum digunakan di Indonesia, didapatkan hasil berupa tabel. Cara menggunakannya, usia ibu +1 (ditambah satu) lalu lihat pada kolom bagian usia di atas. Cari jenis kelamin anak yang diinginkan, tarik ke kiri untuk mendapatkan bulan-bulan dilakukan pembuahan.

Misalnya, wanita berusia 20 tahun bisa mengupayakan mendapat bayi laki-laki pada bulan januari (lihat tabel).

Untuk usia ibu, memamngperlu ditambah satu karena tabel masih menggunakan hitungan usia berdasarkan kalender Cina.

Namun menurut Anthony, cara ini hanya efektif dilakukan pada wanita yang memiliki siklus menstruasi normal dan teratur, sera memiliki jeda sekitar 28 hari. Di luar itu, cara ini tak bisa dikatakan efektif, bahkan tidak dijamin keakuratannya.

Di samping itu, Anthony pun menyarankan agar sang suami turut menjaga kualitas spermanya dengan menjaga kesehatan dan menahan hasrat seksual sampai 3 hari menjelang ovulasi. Sehingga akan didapat jumlah sperma yang cukup untuk mengupayakan kehamilan.

Sumber : dr. Anthony R. Widjaja, Sp.B (Tabloid Nova 1082/XXI | 17-23 November 2008 | Hal 40-41)

Sabtu, 26 Februari 2011

manfaat bawang putih

Dr.Yuda Turana

Bawang putih telah digunakan sebagai obat dalam herbal medicine sejak ribuan tahun yang lalu. Pada tahun 2700 – 1900 sebelum masehi bawang putih telah digunakan oleh pekerja-pekerja bangunan piramid sebagai obat penangkal penyakit dan rasa letih. Dan sekitar tahun 460 SM khasiatnya telah dipuji oleh Hipokrates. Saat perang dunia tahun 1914-1918 bawang putih digunakan oleh tentara perancis untuk mengobati luka.
Bawang putih terdiri dari berbagai macam komponen dengan berbagai khasiat antara lain menurunkan kadar kholesterol darah, menghambat agregasi trombosit, meningkatkan aktifitas fibrinolitik, menghambat atherogenesis dan menurunkan tekanan darah, sehingga dapat menurunkan resiko penyakit jantung koroner. Beberapa penelitian juga menunjukkan peranan bawang putih sebagai antioksidan maupun efek anti kanker.

Di Thailand Institute of Scientific and Technological Research dibuat kapsul berisi ekstrak bawang putih yang setara dengan 7 gram bawang putih segar setiap kapsul. Dosis yang dipakai adalah dua kali satu kapsul setiap hari selama 5 bulan. Pada bulan pertama pemberian kholesterol darah meningkat. Hal ini kemungkinan adanya pengikisan dari endapan lemak di pembuluh darah. Kholesterol HDL meningkat setelah 2 bulan pemberian. Kadar kholesterol menurun bermakna setelah 8 minggu, namun penurunan kadar trigliserida baru terjadi setelah 5 bulan pemberian bawang putih.

Penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian minyak esensial bawang putih setara dengan 1 gram bawang putih segar/ kgBB/ hari yang diberikan bersamaan dengan diet tinggi kholesterol, akan menurunkan kadar kholesterol , trigliserida serum. VLDL, LDL dan meningkatkan HDL.

hati-hati, ibu yang kurang yodium potensi bayi kerdil


GIZI.NET - Ibu hamil yang kekurangan iodium dapat menyebabkan bayi tumbuh dengan tubuh kerdil atau kretinisme dan tingkat kecerdasannya rendah. Hal ini disampaikan peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sofia Pranacipta.

“Kekurangan iodium juga dapat berakibat pada kematian janin dalam kandungan,” kata Sofia yang meneliti tentang hubungan kadar ekskresi iodium urin (EIU) dengan ‘intelligence quotient’ (IQ) pada remaja di daerah endemik gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), Jumat (17/9).

Menurut Sofia, pemberian iodium pada ibu hamil juga dapat meningkatkan skor IQ atau tingkat kecerdasan pada anak yang dilahirkan. “Hal itu berbeda jika iodium diberikan kepada remaja, karena remaja dimungkinkan telah mencapai pertumbuhan maksimal dari sel otak sehingga pemberian iodium tidak memengaruhi peningkatan IQ,” katanya.

Namun demikian, ujar Sofia, pemberian iodium yang berlebihan dapat menyebabkan risiko Iodium Induced Hyperthyroid (IIH) yang berakibat pada gangguan metabolisme tubuh. Kelebihan iodium dapat memengaruhi hormon tiroid yang berfungsi mengatur metabolisme tubuh.

“Jika metabolisme tubuh jelek, sistem atau cara kerja tubuh juga tidak dapat berfungsi dengan baik. Selain itu, dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko tiroiditis, hipertiroidisme, dan goiter,” jelas Sofia.

Sofia mengatakan, penelitian dilakukan dengan menghitung kadar EIU, yang merupakan penanda biokimia. Lebih dari 90 peren iodium tubuh dikeluarkan melalui urine. “Dalam keadaan seimbang iodium yang masuk ke tubuh dianggap sama dengan yang diekskresikan lewat urin. Pemeriksaan urine dianggap menggambarkan masukan iodium,” cetusnya.

Lebih lanjut Sofia mengatakan, penelitian dilakukan di daerah Lemah Dadi, Bantul dan Karangwuluh, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada remaja berusia 12-16 tahun. Daerah tersebut termasuk daerah endemik GAKI.

Di daerah endemik GAKI sebelumnya telah disosialisasikan oleh pemerintah mengenai penggunaan garam beriodium. Namun, setelah jangka waktu tertentu penggunaan garam tersebut selanjutnya tidak ada penelitian apakah iodium masyarakat di daerah endemik GAKI telah terpenuhi atau belum.

“Kami berharap melalui penelitian itu dapat mengingatkan pemerintah untuk memberikan perhatian terhadap perkembangan status kecukupan asupan iodium di setiap daerah endemik GAKI agar penanganannya lebih tepat,” kata Sofia yang melakukan penelitian bersama Aulia Rahmawati dan Ismy Dianty.

sumber : http://dinkeslampung.blogspot.com/